A. Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
lingkungan anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan
atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses
produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahan
artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasi maupu cara pengucapannya,
akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian/substitusi atau penghilangan.
Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan
penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang
disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan
kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi
bicara, sehinnga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada
anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi,
misalnya kata kopi, ia dengar topi atau kata bola, ia dengar pola. Anak yang
mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi,
ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna
tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi
cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelaian bicara
yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di
bawah normal. Terdapat kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena
tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang
hampir sama.
Misalnya
tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan
penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat,
misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/
diucapkan / bu…gi….cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan
bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan
koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan
susunan syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
- Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
- Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
- Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
- Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
- Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan
bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara.
Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi
yaitu:
1. Palatoskisis: sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas
dan gigi bawah
3. Anomali: kelainan atau penyimpangan/cacat
bawaan misalnya bentuk lidah yang
tebal, tidak
tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena
ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga
tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau
/nakam/.[1]
f. stroke
Apabila aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada
penyempitan pembuluh darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumlah oksigen
yang diperlukan berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya
pembuluh darah, atau kurang oksigen pada otak dinamakan stroke.
Stroke mempunyai berbagai akibat. Karena adanya
kontrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan maka stroke yang terdapat
pada hemisfir kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik) akan menyebabkan gangguan
pada belahan badan sebelah kanan. Sebaliknya, kalau stroke itu terjadi pada
hemisfir kanan, maka bagian kiri tubuhlah yang akan terganggu. Akibat penyakit
stroke juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang bersangkutan.
Pada umumnya, kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan
wicara. Gangguan macam apa yang timbul ditentukan oleh persisnya dimana
kerusakan itu terjadi. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan
afasia (aphasia).
1. Macam-macam afasia
Ada berbagai macam afasia tergantung pada daerah mana di hemisfir kita
yang kena stroke. Berikut adalah beberapa macam yang umum ditemukan antara
lain:
a. Afasia Broca
Kerusakan (lesion) terjadi pada daerah Broca.
Karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering
terjadi adalah terganggunnya alat-alat ujaran termasuk bentuk mulut, kadang
mulut bisa mencong. Afasia Broca menyebabkan gangguan pada perencanaan dan
pengungkapan ujaran, kalimat-kalimat yang diproduksi terpatah-patah dan
seringkali juga lafalnya tidak jelas. Kata-kata dari sintaktik utama seperti
kata benda, kata kerja dan kata sifat tidak terganggu, tetapi penderita
kesulitan dalam kata fungsi.
- Afasia Wernicke
Letak kerusakan adalah pada daerah Wernicke, yakni
bagian agak kebelakang dari lobe temporal. Penderita afasia ini lancar dalam
berbicara, dan bentu sintaksisnya juga cukup baik. Hanya saja
kalimat-kalimatnya sulit dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok
maknanya dengan kata-kata sebelum atau sesudahnya. Penderita juga tidak mudah
memahami apa yang kita bicarakan.
- Afasia Anomik
Kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe
parietal. Gangguan wicaranya tampak pada ketidakmampuan penderita untuk
mengaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.
- Afasia Global
Kerusakan terjadi pada beberapa daerah dalam otak.
Kerusakan bisa menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor, menuju ke
lobe parietal, dan sampai ke daerah Wernicke. Dampak dari kerusakan ini
sangatlah besar. Dari segi fisik, penderita bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut
bisa mencong, dan lidah menjadi tidak fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa
kesukaran memahami ujaran orang, ujarannya tidak mudah dimengerti orang, dan
kata-katanya tidak diucapkan dengan cukup jelas.
- Afasia konduksi
Bagian otak yang rusak pada afasia ini adalah
fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal
dengan lobe temporal. Karena hubungan daerah Broca yang menangani produksi dengan
daerah Wernicke yang menangani komprehensi terputus maka penderita tidak dapat
mengulang kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat memahami apa yang
dikatakan orang.[2]
B.
Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah
satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi :
a.
Kelainan nada
Gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada
gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar,
dwinada, suara pubertas.
b.
Kelainan
kualitas suara
Gangguan suara
yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat
adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas
suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c.
Afonia
Kelainan suara
yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat
bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang
tidak sempurna atau karena suatu penyakit.
C.
Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya
ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi :
a.
Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran
berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan
ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.
b.
Cluttering
Gangguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat
cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti. Terdapat 3
type yaitu:
1. Distorsi
: pengucapan yang tidak jelas
2.
Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi :
penghilangan bunyi-bunyi.
c. Palilalia
Kelainan
ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.[3]
[2] Soenjono Dardjowidjojo.Psikolinguistik:
pengantar pemahaman bahasa manusia.cet-3(Jakarta: yayasan obor Indonesia,
2008).hal 214-216
CasinoTop Poker Site ᐈ Best Bonuses & Online Slots
BalasHapusIn this detailed guide to CasinoTopPoker.net, dafabet you will get 룰렛 규칙 to 오산 휴게텔 know our best and newest casino bonuses, 원주 립 카페 promotions and bonuses for 점심 메뉴 룰렛 all the slots,