Selasa, 29 Mei 2012

MAQAMAT DALAM TASAWUF



           
Tasawuf sebagai suatu proses menuju ma’rifat Tuhan memiliki beberapa maqamat. Secara etimologi maqamat berasal dari bahasa arab yang merupakan jamak dari maqam yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah tersebut kemudian di gunakan untuk  arti jalan panjang yang harus di tempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqamat dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga.
[1]
Maqam menurut Al-Suhrawardi dalam kitabnya Adab al-Muridin, berarti posisi seseorang dalam peribadatan di hadapan Tuhannya. Beberapa maqam tersebut adalah terjaga dari kelalaian, tobat, kembali (inabah), penjagaan moral (wara’), pengujian jiwa (muhasabat al-nafs), ilham (iradah), penolakan (zuhd), kefaqiran (faqr), kejujuran (shidq), dan menahan diri (tashabbur), yang merupakan maqam terakhir seorang pemula. Kemudian kesabaran (shabr), kepuasan (ridha), ikhlas, keyakinan kepada Tuhan (tawakkul).[2]
Sedangkan menurut Muhammad Al-Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’arruf li Mazhab ahl al-Tasawwuf,maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-ma’rifah.[3]
Sementara itu Abu Nasr al-sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya ada tujuh, yaitu al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal dan al-ridla.[4] Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, mengatakan bahwa jumlah maqamat ada delapan, yaitu al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah  dan  al-ridla.[5]
Maka maqamat adalah beberapa posisi atau keadaan seorang sufi ketika beribadah yang  merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jumlah maqamat yang bervariasi menurut beberapa pendapat tersebut juga telah disepakati hanya ada tujuh saja, yaitu al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal dan al-ridla. Berikut adalah penjelasannya:
1.    Al-Zuhud
Zuhud adalah suatu keadaan meninggalkan keduniawian dan hal-hal yang bersifat kematerian. Orang zuhud menyimpan harta di tangannya, bukan di dalam hatinya. Jadi orang zuhud tidak akan sedih meskipun kehilangan hartanya. Zuhud merupakan suatu  ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari kehidupan dunia. Orang yang zuhud cenderung mengejar kehidupan akhirat yang kekal dan abadi dari pada kehidupan dunia yang fana dan sementara.
Selanjutnya para sufi sangat senang jika ada orang yang menghalangi mereka dari keduniaan yang hanya memuaskan syahwat. Umar Ibn Abd Al-Aziz berkata,”Hendaklah kalian mematikan syahwat-syahwat yang ada dalam diri kalian. Tetapi, janganlah mematikan diri kalian di dalam syahwat. Sebab, seseorang yang menempatkan syahwat di bawah kakinya, setan akan lari dari bayangannya. Orang yang menempatkan syahwat di dalam hatinya, setan akan mengendalikannya.”[6]
2.    Al-Taubah
Taubah berasal dari bahasa Arab yang artinya kembali. Taubat dalam dunia sufi ini memiliki arti taubat yang sebenarnya (taubat al-Nasuha) yaitu menyesali segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan dan berjanji serta bersungguh-sungguh untuk tidak melakukannya lagi. Para sufi adalah orang yang selalu menyesali diri ketika berbuat dosa, dan hal itu dilakukan setiap hari, karena bagi mereka dosa yang lalu belum tentu mendapat pengampunan dari Allah.
Abu Muhammad Al-Marwazi berkata,”Ada lima hal yang membuat Adam mendapat ampunan dari Allah adalah: mengakui dosa, menyesalinya, mencela dirinya karena dosa, cepat bertobat, tidak putus asa dari rahmat Allah.[7]
3.    Al-Wara’
Wara’ memiliki arti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa (hal-hal yang tidak baik). Wara’ dalam pengertian sufi adalah meninggalkan sesuatu yang diragukan halal dan haramnya (syubhat)dan tidak jelas asal-usulnya.
Para sufi sangat berhati-hati dalam mencari harta. Mereka selalu berupaya menghindari harta haram. hingga pada barang yang syubhat saja mereka tidak mau karena barang syubhat lebih dekat pada haram.mereka menyadari benar bahwa makanan, minuman, pakaian dan sebagainya yang haram akan berpengaruh pada si empunya.


4.    Al-Faqr
            Pada umumnya fakir diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh, atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. mereka tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya saja.[8]
5.    Al-Shabr
Secara harfiah sabar berarti tabah hati. Sabar merupakan salah satu maqam utama para sufi. Bagi mereka kesabaran adalah syarat mutlak untuk mencapai tingkat spiritual yang khusus. Dikalangan para sufi sabar terbagi menjadi tiga, yaitu sabar untuk menghindari maksiat, sabar dalam ketaatan, dan sabar ketika mendapat musibah.
Menurut Ali Ibn Abi Thalib bahwa sabar itu adalah bagian dari iman sebagaimana kepala yang kedudukannya lebih tinggi dari pada jasad. Hal itu menunjukkan bahwa sabar sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.[9]
6.    Al-Tawakkal
Tawakkal mempunyai arti menyerahkan diri. Dalam dunia sufi tawakkal berarti menyerahkan diri pada qada dan keputusan Allah. Jika mendapat pemberian meraka akan bersyukur dan jika tidak mendapat apa-apa mereka akan bersabar. Menyerahkan kepada Allah dengan Allah dan karena Allah.[10]
Para sufi dikenal sebagai orang yang sangat bertawakkal kepada Allah dalam segala hal. Bagi mereka, tawakkal adalah salah satu upaya untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah.
7.    Al-Ridla
Secara harfiah ridha mempunyai arti rela, suka, senang. Para sufi mengartikan ridha adalah penerimaan seseorang atas keputusan Allah. Ketika seorang sufi melatih diri untuk menerima keputusan Allah, ia akan menutup dirinya dari pilihan-pilihan lain selain pilihan Allah.
Keridhaaan yang dipraktekkan oleh para sufi adalah buah penerimaan mereka terhadap Allah sebagai Tuhan yang menentukan segala-galanya.ada sebuah ikrar yang populer di kalangan sufi, yaitu ”Aku ridha (menerima) Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai nabi dan rasul. [11]


11 komentar:

  1. ini refrensinya/bukunya dari krangan siapa saja

    BalasHapus
  2. aq percaya dengan tulisan ini, tdk d ragukan dan tdk d salahkan.
    karna sufi itu adalah syiah.., dan syiah itu adalah sufi..,

    BalasHapus
  3. wah sangat disayangkan gak ada footnotenya

    BalasHapus
  4. istiqomah...

    dalam jalan ini,, kebenaran, kesucian, tak bisa di klaim.
    Riya, adalah sirik kecil yg menghancurkan

    BalasHapus
  5. kok gk ada footnote nya ya,...

    BalasHapus
  6. kok gk ada footnote nya ya,...

    BalasHapus
  7. aneh , ada no nya tapi gaka ada referensinya

    BalasHapus