Rabu, 23 Mei 2012

Patologi Bahasa


A.    Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasi maupu cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian/substitusi atau penghilangan.
Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.       Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehinnga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi, misalnya kata kopi, ia dengar topi atau kata bola, ia dengar pola. Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya.
b.      Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelaian bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapat kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama.
Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu…gi….cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
  1. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
  2. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
  3. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
  4. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
  5. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
1. Palatoskisis: sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
3. Anomali: kelainan atau penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/.[1]
f. stroke
Apabila aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada penyempitan pembuluh darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumlah oksigen yang diperlukan berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah, atau kurang oksigen pada otak dinamakan stroke.
Stroke mempunyai berbagai akibat. Karena adanya kontrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan maka stroke yang terdapat pada hemisfir kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik) akan menyebabkan gangguan pada belahan badan sebelah kanan. Sebaliknya, kalau stroke itu terjadi pada hemisfir kanan, maka bagian kiri tubuhlah yang akan terganggu. Akibat penyakit stroke juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang bersangkutan. Pada umumnya, kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan macam apa yang timbul ditentukan oleh persisnya dimana kerusakan itu terjadi. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia).
1.      Macam-macam afasia
Ada berbagai macam afasia tergantung pada daerah mana di hemisfir kita yang kena stroke. Berikut adalah beberapa macam yang umum ditemukan antara lain:
a.       Afasia Broca
Kerusakan (lesion) terjadi pada daerah Broca. Karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering terjadi adalah terganggunnya alat-alat ujaran termasuk bentuk mulut, kadang mulut bisa mencong. Afasia Broca menyebabkan gangguan pada perencanaan dan pengungkapan ujaran, kalimat-kalimat yang diproduksi terpatah-patah dan seringkali juga lafalnya tidak jelas. Kata-kata dari sintaktik utama seperti kata benda, kata kerja dan kata sifat tidak terganggu, tetapi penderita kesulitan dalam kata fungsi.
  1. Afasia Wernicke
Letak kerusakan adalah pada daerah Wernicke, yakni bagian agak kebelakang dari lobe temporal. Penderita afasia ini lancar dalam berbicara, dan bentu sintaksisnya juga cukup baik. Hanya saja kalimat-kalimatnya sulit dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan kata-kata sebelum atau sesudahnya. Penderita juga tidak mudah memahami apa yang kita bicarakan.
  1. Afasia Anomik
Kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal. Gangguan wicaranya tampak pada ketidakmampuan penderita untuk mengaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.
  1. Afasia Global
Kerusakan terjadi pada beberapa daerah dalam otak. Kerusakan bisa menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor, menuju ke lobe parietal, dan sampai ke daerah Wernicke. Dampak dari kerusakan ini sangatlah besar. Dari segi fisik, penderita bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah menjadi tidak fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran orang, ujarannya tidak mudah dimengerti orang, dan kata-katanya tidak diucapkan dengan cukup jelas.
  1. Afasia konduksi
Bagian otak yang rusak pada afasia ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal. Karena hubungan daerah Broca yang menangani produksi dengan daerah Wernicke yang menangani komprehensi terputus maka penderita tidak dapat mengulang kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat memahami apa yang dikatakan orang.[2]
B.     Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi :
a.       Kelainan nada
Gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.
b.      Kelainan kualitas suara
Gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c.       Afonia
Kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau karena suatu penyakit.
C.     Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi :
a.       Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.
b.      Cluttering
Gangguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti. Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi.
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.[3]

1 komentar:

  1. CasinoTop Poker Site ᐈ Best Bonuses & Online Slots
    In this detailed guide to CasinoTopPoker.net, dafabet you will get 룰렛 규칙 to 오산 휴게텔 know our best and newest casino bonuses, 원주 립 카페 promotions and bonuses for 점심 메뉴 룰렛 all the slots,

    BalasHapus